Tarik Tambang Daster Wajah Ceria Kesetaraan di Halaman Disdikbud Kota Kupang

Di bawah terik matahari sore, halaman kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Kupang dipenuhi tawa riang. Puluhan guru dan siswa berkerumun, menyemangati peserta lomba tarik tambang yang berbeda dari biasanya. Para lelaki dewasa, perwakilan dari sejumlah sekolah, berdiri berhadapan sambil mengenakan daster berwarna-warni. Kain longgar itu berkibar ketika mereka menarik tambang sekuat tenaga, memunculkan pemandangan yang mengundang gelak tawa sekaligus sarat makna.

Menurut Kepala Subbagian Umum dan Kepegawaian Disdikbud Kota Kupang, Jonathan Sinlae, lomba ini bukan sekadar hiburan dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan ke-80 tahun 2025. “Di balik kelucuannya, ada pesan kuat tentang kesetaraan gender dan penghargaan terhadap peran perempuan. Kami ingin menunjukkan bahwa memakai pakaian perempuan bukanlah hal memalukan, dan laki-laki pun bisa merasakan bagaimana rasanya bergerak dengan pakaian yang biasa dikenakan ibu atau saudara perempuan kita,” ujarnya sambil tersenyum.

Panitia pelaksana, yang berasal dari Bidang Kebudayaan, sengaja mengangkat konsep ini untuk menghidupkan kembali semangat Raden Ajeng Kartini, tokoh emansipasi perempuan yang memperjuangkan hak setara bagi kaum hawa, terutama dalam pendidikan dan kesempatan hidup. “Kartini mengajarkan bahwa perempuan berhak memperoleh kebebasan dan kesempatan yang sama. Dengan lomba ini, kami ingin memperlihatkan bahwa kesetaraan gender juga berarti saling memahami peran dan pengalaman satu sama lain,” tambah Sinlae.

Kemeriahan semakin terasa saat tali tambang bergantian dikuasai dua tim. Penonton bersorak, anak-anak berlarian di sekitar lapangan, dan para peserta tertawa lepas ketika daster yang mereka kenakan tersangkut atau tersibak angin. Meski penuh canda, tak sedikit yang menangkap pesan simbolis dari perlombaan ini.

Lenny Karsten, staf Disdikbud Kota Kupang yang turut menyaksikan, mengatakan bahwa permainan ini memberi ruang dialog santai tentang isu gender. “Anak-anak jadi bertanya kenapa bapak-bapak pakai daster. Dari situ, kita bisa jelaskan bahwa semua pakaian hanyalah simbol. Yang terpenting adalah saling menghargai dan tidak merendahkan pekerjaan atau peran gender tertentu,” ujarnya sambil tersenyum.

Perayaan sederhana ini menjadi bukti bahwa pesan kesetaraan tidak selalu harus disampaikan melalui seminar atau pidato resmi. Terkadang, tawa lepas di tengah halaman kantor pun mampu mengingatkan bahwa perempuan dan laki-laki memiliki hak, martabat, dan kesempatan yang sama. Seperti pesan Kartini, “Habis gelap terbitlah terang”, dan di halaman Disdikbud Kota Kupang, terang itu hadir dalam bentuk daster yang berkibar diiringi sorak-sorai warga.

Semangat kebersamaan ini diharapkan menjadikan Disdikbud sebagai motor penggerak emansipasi sekaligus teladan kota ramah anak di Kota Kupang.

Supervisi pengawas di SDN Naikoten 1, guru dapat masukan berharga     |     Dinas Kearsipan Kota Kupang tata arsip pendidikan untuk perkuat akuntabilitas     |     Langkah nyata menuju profesionalisme; Dosen Politeknik Negeri Kupang antar mahasiswa praktek ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Kupang     |     Guru SD di Kota Kupang dapat pendampingan dari pengawas sekolah guna tingkatkan kualitas pembelajaran     |     Tarik Tambang Daster Wajah Ceria Kesetaraan di Halaman Disdikbud Kota Kupang     |     Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Kupang Resmi Tutup Lomba HUT ke-80 RI: Dorong Pengaktifan Permainan Tradisional di Sekolah     |     Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Kupang: Literasi adalah jalan menuju perubahan     |     Semarak HUT RI ke-80 , Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Kupang gelar lomba permainan tradisional     |     Guru TIK SMP di Kupang Ikuti Pelatihan Koding dan AI     |     Guru bela diri latih siswi Kota Kupang, Pemerintah Kota Kupang siapkan program Self Defence     |